
Festival Format 2025 di Derby, UK, terus menampilkan beberapa fotografi paling inovatif dan mencolok dari seluruh dunia. Acara dua tahunan ini mengumpulkan fotografer yang sedang berkembang dan yang sudah mapan, memberikan mereka platform untuk mempresentasikan karya mereka dalam lingkungan yang imersif dan dinamis. Seperti biasa, Format 2025 memperkenalkan spektrum luas gaya, teknik, dan tema, menangkap sifat fotografi yang terus berkembang dan perannya dalam masyarakat kontemporer.
Berikut adalah beberapa fotografi terbaik yang ditampilkan di Format 2025, menampilkan seniman yang telah menangkap denyut nadi dunia modern dengan visual yang menarik yang melampaui batasan tradisional.
1. Menjelajahi Identitas dan Budaya
Salah satu tema kunci di Format 2025 adalah eksplorasi identitas, budaya, dan narasi pribadi individu serta komunitas. Fotografer dari berbagai belahan dunia mempersembahkan karya yang menyelami kompleksitas rasa memiliki, ras, dan warisan. Sebuah seri yang menonjol oleh fotografer Brasil Luana Lemos berjudul “Jejak Identitas” menggunakan potret yang mencolok untuk menyelidiki cara-cara di mana budaya dan nenek moyang membentuk identitas seseorang. Dengan menggabungkan elemen pakaian tradisional, referensi sejarah, dan latar alam, Lemos menciptakan gambar yang menggugah pikiran yang mengajak penonton untuk mempertimbangkan latar belakang budaya dan identitas mereka sendiri.
2. Kepedulian Lingkungan melalui Lensa
Topik utama lainnya di Format 2025 adalah lingkungan. Sebuah seri oleh Emily Arnold, berjudul “Masa Depan Beku”, dengan kuat menyampaikan realitas keras perubahan iklim dan dampaknya pada daerah kutub. Fotografer ini, dengan menggunakan teknik eksposur panjang, menangkap transformasi halus gletser dan gunung es seiring waktu. Kualitas gambar yang menyeramkan dan seperti mimpi memunculkan rasa kehilangan dan urgensi, mendesak audiens untuk memikirkan kembali peran mereka dalam melindungi lingkungan.
Jonathan Beckett, seorang fotografer asal Australia, menampilkan seri “Tanah Terbuang” yang memikat, di mana ia mendokumentasikan dampak deforestasi di Hutan Hujan Amazon. Melalui kontras tajam dan pandangan udara, Beckett mempersembahkan skala penghancuran, mencampurkan keindahan subur lanskap dengan konsekuensi tragis dari campur tangan manusia.
3. Fotografi Urban dan Pengalaman Manusia
Lingkungan perkotaan juga menjadi fokus utama dalam banyak karya yang dipresentasikan di Format 2025. Dora Li, seorang fotografer dari Hong Kong, mengeksplorasi denyut kehidupan kota dalam proyeknya “Kota Cahaya”, yang menangkap energi kacau dari jalan-jalan ramai di kota-kota bercahaya neon. Penggunaan warna yang hidup dan kerumunan yang ramai menekankan dis koneksi dan anonimitas yang sering ditemukan di kota modern, menawarkan sekilas budaya urban kontemporer.
Dengan cara yang sama, Maximiliano Leiva dari Argentina menyajikan “Realitas Beton”, sebuah seri foto hitam-putih yang mengeksplorasi persimpangan antara arsitektur dan interaksi manusia di ruang yang cepat mengurbanisasi. Karyanya menunjukkan keindahan yang sering diabaikan dalam celah dan ketidaksempurnaan lanskap kota, menunjukkan bagaimana lingkungan urban berevolusi dengan cara yang tidak terduga, dibentuk oleh pengaruh manusia dan kekuatan alam.
4. Menantang Teknologi dan Masyarakat
Hubungan antara teknologi dan masyarakat merupakan tema lain yang dieksplorasi oleh beberapa fotografer. Nadia Meli, seorang fotografer yang berbasis di Berlin, menyajikan “Screen Generation”, sebuah seri yang secara kritis mengkaji bagaimana teknologi digital telah membentuk kembali koneksi manusia. Melalui potret orang-orang yang terbenam dalam perangkat mereka, Meli menyoroti isolasi yang dapat dipicu oleh teknologi meskipun ada janji konektivitas.
Dalam “The Age of Surveillance”, Luke Hartmann menggunakan fotografi konseptual untuk berinteraksi dengan tema privasi dan pengawasan di era digital. Gambar-gambar suramnya yang atmosferik dari kerumunan tanpa wajah dan antarmuka digital menekankan ketegangan yang semakin meningkat antara kebebasan pribadi dan keberadaan teknologi pengawasan yang mengintai.
5. Fotografi Konseptual dan Abstrak
Aspek luar biasa lain dari Format 2025 adalah penekanan pada fotografi konseptual dan abstrak. Fiona McGrath, seorang seniman asal Irlandia, memamerkan serinya “In Shadows”, gabungan teknik eksperimental dan material yang tidak konvensional yang menghasilkan gambar-gambar yang menghantui dan antah berantah. Dengan menggunakan proses tidak konvensional seperti fotografi inframerah dan solarisasi, McGrath menciptakan gambar atmosferik yang mendorong penonton untuk melihat dunia familiar dengan cara yang tidak biasa.
Michael Shanks, yang dikenal karena manipulasi digitalnya, membawa audiens dalam sebuah perjalanan melalui serinya “Reconstruction”, di mana ia membayangkan kembali peristiwa sejarah dan mengonfigurasikannya menggunakan teknik kolase digital. Karyanya memadukan citra sejarah dengan estetika digital modern, menciptakan percakapan yang menarik tentang evolusi fotografi sebagai bentuk seni.
6. Fotografi Sebagai Aktivisme
Di Format 2025, fotografi juga digunakan sebagai alat yang kuat untuk aktivisme. Shirin Deykhoush, seorang fotografer Iran-Amerika, menggunakan serinya “Voice of the Silenced” untuk menarik perhatian pada suara-suara perempuan di bawah rezim yang menindas. Dengan menangkap wajah-wajah perempuan dari berbagai budaya yang suaranya telah terpinggirkan atau dibungkam, Deykhoush menunjukkan ketahanan dan kekuatan perempuan-perempuan ini melalui potret yang halus dan intim.
Diana Sarno, seorang fotografer Italia, menyajikan “Resistance in Red”, mendokumentasikan protes dan gerakan di kota-kota di seluruh Eropa. Melalui fotografi jalanan yang dinamis dan cepat, Sarno menyoroti energi dan tekad para aktivis muda yang berjuang untuk perubahan sosial dan politik.
7. Teknik Fotografi Eksperimental
Banyak seniman di Format 2025 mengadopsi teknik fotografi eksperimental, mendorong batasan praktik tradisional. George Palfi, seorang seniman dari Hungaria, mempersembahkan serinya “Light Sculptures”, di mana ia menggunakan fotografi dengan eksposur panjang dipadukan dengan jejak cahaya dan gerakan untuk menciptakan patung visual di dalam bingkai. Gambarnya menawarkan pandangan yang bermain-main namun reflektif tentang hubungan antara cahaya, waktu, dan ruang.
Kesimpulan
Festival Fotografi Format 2025 jelas mempersembahkan beragam fotografi yang tidak hanya mencerminkan berbagai wajah kehidupan kontemporer tetapi juga menantang konvensi medium tersebut. Dari menjelajahi identitas dan budaya hingga menangkap isu-isu lingkungan, dari mendorong batasan seni digital hingga memberikan komentar sosial yang tajam, festival ini menunjukkan kekuatan fotografi untuk memengaruhi, mendidik, dan menginspirasi perubahan. Para fotografer yang dipamerkan di Format 2025 terus menginspirasi dan membentuk masa depan bercerita secara visual, meninggalkan kita dengan rasa ingin tahu tentang dunia dan kemungkinan yang ada dalam medium fotografi.